Tempat ini, dua tahun yang lalu. Sudah hampir larut. Aku
berdiri di lobby gedung, baru saja
menyelesaikan kursus. Temanku yang lain terlalu ‘sibuk’ untuk menemaniku
menunggu jemputan. Aku memperhatikan orang-orang yang datang dan pulang, saat
kulihat sosok familiar. Dia. Ya, dia. Duduk dan sibuk dengan handphonenya, dengan teman-teman
sekolahnya. Nampaknya dia sadar ada yang memandanginya. Dia menoleh ke arahku.
Atau ke lobby. Aku yang tersentak spontan membuang muka. Padahal ingin sekali
kusapa dia. Padahal ingin sekali sekedar berbasa-basi. Atau melihat senyumnya.
Wajahku rasanya memerah, ummm, atau memang merah ? Ahhh ! Aku kembali
memandanginya. Dia menunduk. Sesaat kemudian handphoneku berbunyi. “Halo ?”, “Mama di depan, ayo pulang” sahut
orang diseberang. Aku lalu turun ke parkiran, melewatinya. Dia, sudah tak sibuk
lagi dengan handphonenya. Tapi aku
terlalu bodoh hingga tak menyapanya karena kupikir dia sudah lupa aku.
Hingga aku menemukan akun Twitternya.
“Halooo, masih ingat ? Followback dong kakak” “Masih kok,
udah, sip” “Sekalian followback blogku
ya ?” Saat itu dia masih heboh soal blog
yang baru dibuatnya. Ah, biasa. Nanti juga bosan, gak pernah di-update. Walaupun sudah lama nggak sekelas lagi di kursus, jelas aku
senang kalau dia masih ingat aku. Ah, waktu masih sekelas, teman dekatku Yas
sering dikatai suka sama Dia karena kelihatannya dekat sekali. Apalagi kalau
Ami ada. Seringkali kami berdua dicubiti Yas karena terlalu keras bercandanya.
Tapi kalau Dia nggak ada, orang
pertama yang mengetahui alasannya hanya Yas. Mereka sering berkomunikasi
rupanya. Dan Yas masih menolak dibilang
suka sama Dia. “Ah, jangan-jangan kamu yaa yang suka ? Hayo !” goda Yas suatu
hari. Tidak. Tidak salah lagi, bisikku dalam hati. Aku tahu Yas suka. Yas
adalah teman yang baik. Dan mengatakan yang sejujurnya rasanya tidak
mengenakkan.
Lama sudah aku tidak pergi ke tempat kursus itu. Sibuk
dengan ujian dan kegiatan sekolah lainnya. Aku dan Ami di sekolah yang sama. Kami,
Yas, dan Dia masih mengontak satu sama lain. Bahkan aku dan Ami masih mengatai
Yas dan Dia. Lucu sekali. Bisa dibilang lain
di kata lain di hati. Ya, ya. Bisa jadi. Bisa jadi. Tahun-tahun akhir di
kelas 9 aku sempat mengikuti suatu perlombaan di sekolah Dia yang sekarang
menjadi sekolahku juga. Awalnya aku nggak
tau, lalu dia lewat dekat sekali. Beberapa detik aku lupa bahwa aku ada
ditengah perlombaan. Dan setelah dia menghilang rasanya pikiranku terbawa. Ah,
sangat berlebihan tapi aku benar-benar hilang fokus saat itu. Aku. Aku ingin ke
sekolah ini tahun depan !
“Cari SMA mana memangnya ?”
“SMA yang sama biar ketemu kamu”
Dia pikir aku bercanda.
“AAAAHHH. I’M IN !!!”
“Congratulation, buddy !”
Huh, buddy.
Minggu pertama di sekolah Dia, saat-saat orientasi sekolah.
Rasanya aku tak ingin dia melihat mukaku yang sangat-minta-dikasihani-senior.
Namun entah kenapa dia menengok ke dalam kelas dimana aku duduk diawasi Para
Senior. Aku tak tahu bila dia melihatku atau tidak yang jelas aku berusaha
menutup mukaku dengan tangan. Hari berikutnya aku terlambat dan langsung
berlari ke barisan. Dan dia, berdiri di samping tangga, di belakang barisan.
Dekat sekali. Dia sempat melihatku, dan langsung berbalik. Huh. Lalu hari
berikutnya lagi, dia berdiri di koridor kelas lantai dua yang terbuka. Artinya
dia bisa melihat seluruh isi lapangan upacara yang dipenuhi siswa orientasi.
Dengan sweater hijaunya dia berdiri
cukup lama. Ah, terik matahari pagi itu rasanya berubah sejuk. Sialnya, siswa
orientasi gak bisa lama-lama di
lapangan. Setelah hari orientasi yang panjang, aku menyapanya via Twitter.
“Hai, sweater
hijau” “Haha, you noticed me” “Of course it’s obvious, you stood there !”
No, It’s obvious
because you’re something to me.
Sepekan akhirnya orientasi sekolah selesai. Aku mulai
ditempatkan di kelas dan perkenalan oleh beberapa guru. Walaupun begitu, masih belum ada kegiatan belajar yang
efektif, sehingga aku sering keluar kelas saat jam pelajaran. Aku suka
mondar-mandir di tangga. Hari itu juga, tak sengaja kulihat dia, dan sweater hijaunya. Kaget, aku menarik tangan
temanku yang sedari tadi bersama. Dan dia melihat gerakan mendadakku sempat
menoleh ke tangga, melihatku, dan berbalik ke kelasnya. Awalnya aku
mondar-mandir di tangga lalu bermaksud membeli makan di kantin. Tapi lagi-lagi
rasanya hilang dibawa pergi. Benakku menyesal, dipenuhi dengan pertanyaan, Kenapa menghindar ? Kenapa gak disapa ?
Kenapa sekarang gak bisa ngomong ?
Ya. Sifat dasar manusia. Nyesel belakangan.
Dan beraninya ngomong di Twitter. Di chat. Haha, pengecut.
“Berani gak kamu nyatain perasaan ke dia ? Sumpah, rugi kamu
kayak gini tapi dia gak tau seberapa besar pengorbananmu cuma buat ketemu dia.”
“Nggak” Gita, satu-satunya orang yang kupikir aman untuk curhat tentang dia,
selain expert dalam masalah’
suka-sukaan’ nyaranin supaya ‘berhenti
dan pindah’ dari dia. “It’s not that
easy” “I know, right ! Move on
sedikit demi sedikit” “Buat apa aku kejar
sampai hampir 2 tahun kalau akhirnya harus pindah” “Err…This is the first time aku liat kamu
kayak gini…”
Aku pikir udah waktunya, deh. Gerak-geriknya selalu
menghindar. Sudah susah ditolehin
karena sembunyi di balik punggung-punggung orang yang pergi. Aku ingin pergi
juga. Tapi berat. Berat sekali. Berat tapi kosong dan berlubang-lubang. Lihat,
aku mulai meracau. Tebak kenapa ? Ya. Dia lagi, muncul. Membalas pesan lama.
Bukankah berarti dia memperhatikanku ? He
does gives a shit about me. Oh, tunggu. Cuma info rilis lagu yang kebetulan
aku suka, dan kebetulan dia suka. Kebetulan semesta. Kebetulan suka hal yang
sama ? Kebetulan nyambung kalau ngobrol ? Kebetulan ada kesempatan balas pesan
atau sekedar sambar-tweet ? Kebetulan
!
Kebetulan aku suka sudah lama. Dan kebetulan aku gak bisa
‘pindah’.
Now playing : Jikustik - Dia Harus Tahu
Yang asyik didengerin Minggu ini : G-Dragon ft Sky Ferreira - Black, G-Dragon ft Lydia Paek - Ride Or Die, Semua lagunya RAN, HiVi!, GAC, Deretan lagu Agnez Mo di album barunya (Terutama Coke Bottle, Walk dan Flyin High ! )
emm nggak komentar ah cuman mau ngomong
BalasHapus"akhirnya kamu ngeblog lagi nak.. nggak sia-sia gue pencet join this site" hahhahaha :V
"Kebetulan aku suka sudah lama. Dan kebetulan aku gak bisa ‘pindah’."
BalasHapuskalo udah lama mah bukan kebetulan, tapi udah lewat proses panjang haha menurut gue sih.
eniwei bagus postnya. menarik :)
WAH ! Hehe, iya, kan udh dibilang blognya agak absurd xixixi. Suatu kehormatan kak, terimakasih udh mampir duh *beresin debu*
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus